Langsung ke konten utama

Kesadaran???

Beberapa hari yang lalu seseorang bercerita padaku, hmm... bukan bercerita sih, lebih tepatnya menjelaskan  apa yang dia pikirkan. Sampai hari ini aku memikirkan, mencoba menelaah dan memahaminya. Malam sebelumnya agak sulit bagiku untuk menerima uraiannya, terdengar janggal dan tidak umum. Tapi kini secara perlahan aku mulai mengerti, tidak banyak mungkin hanya persekian saja, tapi masih mending daripada tidak sama sekali bukan?

Kami membahas kesadaran. Bukan kesadaran yang kalian pikirkan (kaya aku tau saja yang kalian pikirkan). Kami membahas kesadaran diri, kesadaran untuk hidup saat ini; live in the present dia menyebutnya. Yang dia maksud tidak saja menikmati moment saat ini, detik ini namun juga kita sadar siapa kita, dimana kita, sedang apa dan aware dengan lingkungan di sekitar kita. Spontan pikiranku membahtah saat itu, ah masa iya aku ga sadar? Ini lho aku sepenuhnya sadar, ga mabok ga lagi ngelamun; gitu kira-kira pikiranku (kalian banyangin aja adegan sinetron yang aktor atau artisnya ngomong dalam hati tapi ada suaranya). Oke, yang dia maksud dengan awareness itu adalah saat kita ga dikendalilan oleh pikiran-pikiran kita yang sering kali liarnya tuh bikin pusing. Kalian ga usah boong masih sering mikirin hal-hal yang sebenernya ga pengen kalian pikirin. Mikirin tentang A padahal sebelumnya sama sekali ga ada bahas A, tetiba kepikiran aja meski sepintas lalu. Pernah ga? Pasti pernah, aku yakin.

Tubuh kita sebagian bekerja otomatis bahkan punya alarm sendiri. Bernapas contohnya, kita ga perlu memerintahkan hidung dan paru-paru untuk bernapas. Mereka bekerja sendiri bahkan pada saat kita tertidur bukan? Kadang tubuh pun bekerja otomatis, bekerja pada saatnya bekerja tanpa perlu instruksi lagi, kenapa? Tubuh menghapal kebiasaan, bahkan aku pernah jam 3 pagi naik motor jemput pacar yang ban motornya bocor habis pulang kerja. Setengah  sadar karena ngantuk, sempet merem-merem tapi tubuh ku hapal arah. Pertanyaannya, pernahkan kita sadar akan diri kita? Akan lingkungan kita? Kesadaran itu mirip kaya focus, focus tentang apa yang kita kerjakan, tidak ada gangguan dari pikiran kita. Gampangnya adalah berada saat ini, itu kaya kalau kita lagi ngobrol kadang badan aja tuh yang di tempat itu, pikiran uda kemana-mana. Memang aku lagi ngobrol tapi focus ku tiap persekian detik mikirin hal lain. Pas temen ngobrol lagi ngomong aku emang denger, tapi di saat yang sama aku mikirin yang lain, itu yang aku maksud kondisi tidak sadar. Kalian perhah kaya gitu? Itulah yang kita tidak hidup saat ini, karena pikiran kita ada di tempat berbeda, waktu yang berbeda. Itu yang aku tangkap, tulisan ku ga jelas memang, mungkin saja saat aku menulis pikiran dan hatiku berada di tempat lain. Tangan otomatis mengetik, pikiran masih mengelana.

Nanti aku akan bertanya, siapa yang mengendalikan pikiran? Bisakah kita tidak berpikir? Kalau bisa alangkah senangnya ga usah mikirin si dia yang uda mutusin kita misalnya, hahahhaa

Basmatika


23082018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susahnya menjadi Aku

Hah? Seriously? Hidup ku lhoo lebih berat dari kamu. Aku lho punya lebih banyak tanggungan dari kamu. Mungkin gitu kali ya pikiran kalian saat liat judul blog ku kali ini. Ga salah sih, hidup emang berat, bahkan bagi seorang Nia Ramadhani yang ga bisa ngupas salak.  Ah kamu aja yang ga bisa bersyukur, ada pula yang mungkin berpikiran seperti itu. Gapapa, itu pikiran kalian, itu pendapat kalian dan aku ga bisa larang kalian mau ngomong apa dan berpendapat kaya apa tentang aku, salah ku sih yang dikit-dikit baper, fiyuuuu.... Kenapa susah jadi “Aku”? Karena seorang “aku” ini sering kali kena komplain. Aku kasi tau yaa, masuk di lingkungan baru ga pernah mudah, bahkan bagi seorang "AKU" yang konon termasuk gampang beradaptasi. Tapi ini beda mamens, kebiasaan lama kita belum tentu bisa diterima, begitupula kebiasaan di tempat baru, belum tentu bisa kita terima dengan baik. Sebut saja si A, komplain karena aku ga pernah dilihat ngobrol sama anak nya yang lebetulan lama ting

Kematian adalah Perayaan

 Saat aku bilang 34 tahun sudah lama, aku ga bercanda. Hidup selama 34 tahun rasanya sudah lebih dari cukup, untuk apa berlama-lama?  Katamu tanggung jawab itu memang berat, katamu aku belum mencoba semua hal, katamu aku belum terlalu berusaha. Tapi kataku sudah cukup, kataku aku lelah, kataku tidak ada lagi yang mau aku coba, kataku aku sudah siap. Tidak bolehkah merasa jenuh? Lemahkah kalau aku ingin berhenti? Berdosakah aku kalo aku merasa sedih? Terkadang aku merasa tidak punya sandaran, aku bingung harus cerita ke siapa. Aku takut, saat aku mengeluh bukan pelukan yang aku dapat, aku cemas saat aku bercerita bukan dukungan yang aku dapat. Aku sesalu overthingking akan setiap reaksimu, menebak-nebak kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mu, apakan kata-kata pedas atau penghiburan. Aku merasa sendirian, kata pulang semakin terasa ambigu. Dulu pulang adalah ke rumah orang tua ku, skarang aku merasa sudah bukan bagian dari mereka lagi, tidak pula menjadi bagian utuh dari kalian.  Mung

Aku dimatamu (keluhan terselubung)

 Aku aneh Aku kekanakan Aku “ngrenyed” Aku cengeng Ntah apa lagi aku dimatamu. Sepertinya memang tidak pernah baik. Kalau aku menunjukkan rasa kesalku, atau saat aku bilang aku sedih karena sikapmu, kamu akan bilang aku “ngrenyed” (mungkin mirip dengan lebay kalau di-Indonesiakan), seperti hari ini. Kamu memang tidak bilang langsung, tapi ntah kenapa aku bisa mendengarnya, meski tidak ada suara, tp jelas terdengar saat kamu menatap ku. Saat itu aku berpikir, apa sebaiknya aku usah menunjukkan rasa kesal ku, ga boleh bilang kalau lagi marah, atau lagi sedih. Atau mungkin aku tidak boleh merasa kesal, marah dan sedih?  Reaksi ku tadi mungkin berlebihan menurutmu. Tapi aku tiba-tiba merasa kesal, marah dan berakhir sedih saat tau kamu pergi jalan-jalan jauh tanpa aku. Ya TANPA AKU Aku merasa tersingkirkan, ga dianggap. Ngasi tau bakal pergi aja ngga, sama siapa aja ngga, tau-tau di tag sm ponakan kalo kalian lagi jalan-jalan. Hal yang belum tentu setahun sekali aku alami. Rasa-rasanya sel