Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Obsesi Gila (Seperti Dia)

Seperti malam-malam sebelumnya Kau datang lagi menyerang Tak peduli aq lelah, tak peduli aq tlah menyerah Ternyata aq salah, Kau tak menghilang Hanya brsembunyi d sudut tergelap jiwaku Kau ikat aku Kau pikat aku Pesonamu mencabikku Sgala yg ada padamu bunuh aku Kau tak pernah mendekat Menjaga jarak, Hanya saja bayangmu slalu menghantui Jangan tatap aku sperti itu, aq tak suka! Bagimu aku tak ada, Katakan sesuatu Apa maumu? Aku tak sanggup, aku sudah sangat lelah, Aku tak bisa, aku ingin menyerah.... Tolong aku, Lepaskan aku, bebaskan aku dari pikat pesonamu Lihat aku skali saja, Karena aku ada, karena aku nyata Bagiku kau ganas Karena kau rampas logikaku Bagiku kau misterius Karena kau tak basa ku mengerti Bagiku kau kejam karena ambil keberanianku Berhentilah menyerang Cukup kau ambil alih pikiranku Kau tahu? Karenamu aku hanya merasa Ya, karenamu, aq berpikir dengan rasaku, Karenamu buat ku tak mencintai diri ku Kau buat aku membenci apa yg aku pnya, Ya...karena aku ingin...

Melankolia Senja Hari

Melankolia Senja Hari Kita yang selalu tak sepakat tentang waktu Di sebuah senja terakhir yang mengguratkan Elizabeth Arden (serupa gaun tipis tersingkap pelan-pelan) Aku ziarahi lekuk tubuhmu mencoba menghapal lagi, harum Miyake (pesona mawar di dadamu) atau Davidoff mengabarkan laut: rasa yang pecah di bibir malam Di senja terakhir saat pohon cendana tak berbunga atau berbuah dan bulan yang dulu melahirkan William Blake (dalam kilauan plat tembaga kata-kata) dan gambar meluruh meninggalkan relief-nya.. Tapi beribu kali lima menit usai rasaku tak pernah panak bahkan keraknya makin melebar Kita yang selalu tak sepakat tentang waktu saat senja yang lain mengirim gerimis tiba-tiba bibirmu menyapa inginku Melankolia Senja Hari - Puput Vivi Lestari (salah satu puisi favorit, syair puisi ditulis seingatnya oleh admin, masih perlu perbaikan)

Aku dan Sepenggal Cerita

Hati yang merindu nan rapuh Meski layar ku kembang penuh Dan jarak sudah bertahun aku tempuh Namun sauh tak kunjung berlabuh Walau angin kehilangan ritmenya Cinta, cita dan asa masih ku punya Hanya satu pinta sebelum ajal bertahta Labuhkan hatimu ke pangkuanku saja Padamu yg tiada berupa Padamu aku jatuh cinta Ku awali tulisan ini dengan sebuah puisi, puisi yang kata per katanya ku kutip dari mana-mana. Dan ini lah ceritaku:  Ini cerita tentang pengorbanan, tentang cinta, tentang keraguan dan kepastian, tentang kebimbangan dan keyakinan, tentang perasaan goyah akan sesuatu dan rasa ingin bertahan. Sebuah cerita tentang rasa kecewa dan keputusasaan, cerita tetang perubahan, cerita tentang ketakutan dan keberanian, juga tentang kerapuhan. Aku menyebut serita ini kehidupan , dengan berbagai rasa dan asa, dengan ribuan proses yang terjadi didalamnya. Ya ini adalah cerita tentang hidup, hidup ku tepatnya… Dulu aku menyebutnya pengorbanan, yang aku korbankan adalah diriku, p

MASIH (TENTANG KITA)

Kita yang tertidur dalam kegelapan yang intens Kita yang nyatanya tak berjarak sayangnya kita juga tak bernama adalah kita yang rapuh yang jauh dari mimpi satu persatu merajut asa dua perdua hilang harap hingga tiga pertiga merapal doa kita yang selalu ada dalam pencarian masa depan saat mimpi makin menjauh kita saling merangkul hingga nanti cinta ditemukan dan surga kita dapatkan sejujurnya kita selalu ada karena kita  abadi -basmatika-

Dalam Hidup Kembali Pulang

Tangis ku, tawa ku, sedih ku, bahagia ku. Riang ku, galau ku, ceria ku, pedih ku, juga marah ku. Membentuk ku, aku yang dulu menjadikan aku yang sekarang. Jika yang begini tidak hidup, bagaimana hidup itu? Apakah yang hidup itu? Apakah yg penuh pedih dan derai air mata? Apakah tawa canda dengan senyum lebar? Apakah geram penuh amarah? Atau, hati yang penuh iri hati? Bagaimana aku bisa hidup? Jika dengan semua rasa itu belum hidup, hidup kan aku. Kepada matahari yang masih malu-malu aku bertanya, kemana aku mencari hidup. Pada debur ombak aku bertanya bahkah pada gemerisik daun pun aku  bartanya, dimana hidup ku? Pada hati remuk nan rapuh aku bertahan. Pada hati yang telah hilang aku masih terpaut, padanya yang telah pergi aku akan kembali. Masa ke masa, dari malam in hingga semua malam yang akan datang aku masih mencari hidup. Dalam pencarian, ku temukan mereka; para pencari. Dari ujung ke ujung hingga dunia tak berujung, rasa yang dulu hilang kini kembali pulang. Pada siapa hidup

Uang Tidak Bisa Membeli Segalanya (sebuah sudut pandang reservation agent)

Banyak yang tidak tahu, uang tidak bisa membeli segalanya, termasuk bedding type... Summer holiday, begitu para hotelier menyebut bulan July - August ini, beberapa lebih familier dengan sebutan high season. Apapun namanya, bagi ku sama saja. Season ini bagaikan perang Sparta, mungkin yang meniti karir di dunia travel dan perhotelan tau gimana campur aduknya rasa high season itu. Banyak yang tergiur dengan insentif di akhir bulan nanti, karena untuk season ini biasanya hotel mengenakan additional charge untuk harga kamarnya, lumayan untuk nambah-nambah gaji di akhir bulan. Dibalik iming-iming uang service yang menggiurkan ada banyak dilema dan drama di dalamnya. Kami yang bekerja di balik layar, menyusun rencana perjalanan, memesankan hotel, dan sebagainya, harus berjibaku dengan berbagai request yang kadang tidak masuk akal. Sebagai tour operator, kami dituntut tahan banting, punya jiwa Sparta yg bisa adu agument dengan pihak hotel dan tamu. Pernah dengar pepatah " Tamu ada

Pelangi di antara Aku dan Dia

  Pelangi di antara Aku dan Dia                         Aku cemburu! Seharusnya perasaan ini ga ada, benar-benar a stupid feeling , batinku kesal. Hampir sejam aku mematung di depan cermin, mengamati bayanganku. Tidak ada yang salah, aku ga jelek-jelek amat, tapi begitu aku ingat dia, aku merasa seperti bebek buruk rupa.             Namaku Ayodhya Basmatika, biasa disapa Aya, nama yang unik bukan? Nama yang ku dapat karena rasa cinta mamaku pada kisah Ramayana. Tapi namanya lebih indah lagi, sangat indah malah! Arrrrrghhh…..lagi-lagi dia, umpatku dalam hati. Aku beranjak dari depan cermin menuju tempat tidurku yang nyaman. Aku mencoba tidur, namun sebelumnya aku berdoa, “Ya Tuhan, semoga malam ini aku ga mimpiin dia lagi, amin!” bisik ku.             Pagi itu kelasku sangat ramai, hampir semua penghuninya berebut menyontek PR matematika. Ya ampuuuuun, mereka nekat banget sih, uda tau dapat matematikanya jam pertama dan parahnya lagi, sang guru yang bernama Pak Angkoro sad