Langsung ke konten utama

Optimis atau Pesimis? Beda, aku REALISTIS!!!

Menurut sebagian orang aku orangnya egois. Tak apa, tidak masalah dan aku tidak punya keharusan untuk menjelaskan siapa diriku pada semua orang apalagi orang yang nota bene tidak dekat denganku.
Bukankah siapa kita adalah tentang persepsi? 

Ada yang bilang bahwa cara orang memperlakukan kita adalah cerminan diri kita sendiri. Aku setuju sih, tapi (tetep ada tapinya yaaa) ga semua sih kaya gitu. Terutama tipe kaya aku yang pendendam ini, sekali ga suka sama orang biar kaya gimana dia baikin aku, ga bakalan bikin aku balik respek lagi sama dia. Jahat ya??? Yaaaa balik lagi jahat ga nya itu relatif tergantung persepsi kalian masing-masing.
Beberapa orang menyebut aku tuh orangnya pesimistis, dan aku menyebut diri ku REALISTIS! Ada banyak hal yang membedakannya, misalnya nih ya...aku ditantang beli MacBook tapi cuma punya duit sejuta dan harus dapat dengan harga itu, aku bilang ga bisa, apa itu aku pesimis? NO, aku tau harga MacBook itu belasan hingga puluhan juta, aku realistis bilang ga karena duit sejuta ga bakal bisa beli itu. Mau yg bekas? yang rusak? Sama kaya orang nawar harga kamar di The Mulia sampai 1 Juta per malam, apa si "Ibu" ga ngamuk-ngamuk tuh? 

Bilang "ga bisa" tidak selalu menunjukan kalau orang itu pesimis, bisa jadi dia itu realistis. Lagi pula tidak semua orang bisa melihat peluang dan tidak semua orang bisa melihat kode yang alam berikan. 
Makin kesini aku menyadari aku hidup tuh bukan untuk menyenangkan semua orang, hellooooo, kasian banget yah kalo aku selalu berusaha menyenangkan orang di sekitarku dan mengesampingkan kebahagiaan ku sendiri. Bahagia melihat orang lain bahagia itu tidak seperti itu, bahagia ku adalah tanggung jawab ku. Aku tidak meletakkan kebahagiannku pada orang lain, pada sesuatu yang bisa hilang kapan saja. 

Aku realistis, aku bisa optimis dan kadang pesimis. Aku bisa menebar aura positif dan negatif sekaligus. Aku adalah aku yang masih mencari tujuan ku, mencari passion ku, aku adalah percikan kecil dariNya. 

Makin kesini aku makin sadar kalo semua orang itu unik. Dulu aq sering bilang "dia aja bisa kenapa aku ga?" tapi sekarang ga lagi, aku sadar kemampuan setiap orang itu berbeda. Teman ku mungkin bisa dan berani panjat tebing, tapi aku tidak. Bukan karena aku pesimis, tapi aku realistis. Aku tau kemampuan ku, daripada nanti jatuh dan ngerepotin orang mending aku cari kegiatan yang lain, seperti menulis misalnya.

Oke, uda mau jam 5 sore, uda waktunya pulang.

Salam hangat dr orang yang realistis dan malas

-Basmatika Awiq-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku dimatamu (keluhan terselubung)

 Aku aneh Aku kekanakan Aku “ngrenyed” Aku cengeng Ntah apa lagi aku dimatamu. Sepertinya memang tidak pernah baik. Kalau aku menunjukkan rasa kesalku, atau saat aku bilang aku sedih karena sikapmu, kamu akan bilang aku “ngrenyed” (mungkin mirip dengan lebay kalau di-Indonesiakan), seperti hari ini. Kamu memang tidak bilang langsung, tapi ntah kenapa aku bisa mendengarnya, meski tidak ada suara, tp jelas terdengar saat kamu menatap ku. Saat itu aku berpikir, apa sebaiknya aku usah menunjukkan rasa kesal ku, ga boleh bilang kalau lagi marah, atau lagi sedih. Atau mungkin aku tidak boleh merasa kesal, marah dan sedih?  Reaksi ku tadi mungkin berlebihan menurutmu. Tapi aku tiba-tiba merasa kesal, marah dan berakhir sedih saat tau kamu pergi jalan-jalan jauh tanpa aku. Ya TANPA AKU Aku merasa tersingkirkan, ga dianggap. Ngasi tau bakal pergi aja ngga, sama siapa aja ngga, tau-tau di tag sm ponakan kalo kalian lagi jalan-jalan. Hal yang belum tentu setahun sekali aku alami. Rasa-rasanya sel

Aku dan Sepenggal Cerita

Hati yang merindu nan rapuh Meski layar ku kembang penuh Dan jarak sudah bertahun aku tempuh Namun sauh tak kunjung berlabuh Walau angin kehilangan ritmenya Cinta, cita dan asa masih ku punya Hanya satu pinta sebelum ajal bertahta Labuhkan hatimu ke pangkuanku saja Padamu yg tiada berupa Padamu aku jatuh cinta Ku awali tulisan ini dengan sebuah puisi, puisi yang kata per katanya ku kutip dari mana-mana. Dan ini lah ceritaku:  Ini cerita tentang pengorbanan, tentang cinta, tentang keraguan dan kepastian, tentang kebimbangan dan keyakinan, tentang perasaan goyah akan sesuatu dan rasa ingin bertahan. Sebuah cerita tentang rasa kecewa dan keputusasaan, cerita tetang perubahan, cerita tentang ketakutan dan keberanian, juga tentang kerapuhan. Aku menyebut serita ini kehidupan , dengan berbagai rasa dan asa, dengan ribuan proses yang terjadi didalamnya. Ya ini adalah cerita tentang hidup, hidup ku tepatnya… Dulu aku menyebutnya pengorbanan, yang aku korbankan adalah diriku, p

Kematian adalah Perayaan

 Saat aku bilang 34 tahun sudah lama, aku ga bercanda. Hidup selama 34 tahun rasanya sudah lebih dari cukup, untuk apa berlama-lama?  Katamu tanggung jawab itu memang berat, katamu aku belum mencoba semua hal, katamu aku belum terlalu berusaha. Tapi kataku sudah cukup, kataku aku lelah, kataku tidak ada lagi yang mau aku coba, kataku aku sudah siap. Tidak bolehkah merasa jenuh? Lemahkah kalau aku ingin berhenti? Berdosakah aku kalo aku merasa sedih? Terkadang aku merasa tidak punya sandaran, aku bingung harus cerita ke siapa. Aku takut, saat aku mengeluh bukan pelukan yang aku dapat, aku cemas saat aku bercerita bukan dukungan yang aku dapat. Aku sesalu overthingking akan setiap reaksimu, menebak-nebak kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mu, apakan kata-kata pedas atau penghiburan. Aku merasa sendirian, kata pulang semakin terasa ambigu. Dulu pulang adalah ke rumah orang tua ku, skarang aku merasa sudah bukan bagian dari mereka lagi, tidak pula menjadi bagian utuh dari kalian.  Mung