Langsung ke konten utama

Yours, Mine and the Truth

"Honestly is more than not lying. It is truth telling, truth speaking, truth living, and truth loving" -  James E. Faust


Okay, ntah kenapa hari ini aku pengen banget nulis tentang kejujuran, mungkin gara-gara liat novelnya Sherlock Holmes yang ngejogrok nganggur nunggu ditamatin atau gara-gara iseng googling tentang quote yang muncul mostly tentang honestly, entahlah...

Seberapa pentingnya kejujuran buat ku? Penting banget sih, apa buat kalian penting juga? Bisa iya bisa juga tidak. Lewat tulisan ini bukannya aku berniat menghakimi orang-orang yang tidak jujur, siapalah aku ini, hanya butiran debu, makhluk yang juga ga luput dari dosa.

Jujur itu berat, kadang pahit dan mengundang badai air mata. Ya....karena kejujuran aku pernah patah hati. Aku lebih memilih pacar ku (red: dulu) jujur kalo emang dia pengen udahan aja ketimbang dia bohong dan kami tetep sama-sama dan saling nyakitin satu sama lain. Awalnya tetep denial sih, nanya kenapa? Kenapa? Kok bisa? Tapi lama-lama aku sadar dan menghargai kejujurannya. Tetangga masa kini ku pernah bilang " It's better to know the truth regardless how hard it is rather than keep wondering". Aku lupa uda bilang makasi apa belum sama tetangga masa kini ku ini, hahahaha


Balik lagi deh tentang kejujuran, jujur ini ga cuma ga nyontek saat ujian, jujur juga berkaitan dengan integritas kita sebagai manusia. Jujur dalam artian kita bisa mempertanggungjawabkan perkataan kita, jujur dalam penyampaian cerita, jangan ditambahin, dikurangin apalagi dikarang sendiri, fatal sih itu. Sekali ketahuan boong, mati sudah. Membangun kepercayaan itu mudah, ngancurinnya lebih mudah lagi, yang sudah itu mempertahankannya.

Aku juga bukan orang yang baik-baik banget, bukan orang yang selalu jujur juga, pernahlah boong tipis-tipis. Cuma aku ga pernah sih ngarang cerita tentang orang, kalo dikarangin cerita dan dibilang ini itu sih sering, tapi aku ya bodo amat 😁😁
Aku sering julidin orang, uda mendarah daging sepertinya, tapi ga ngarang cerita biar orang lain percaya kalo yang aku julidin itu ga ada baiknya sama sekali.

Aku kurang referensi soal bahasan ini, aku googling yang muncul malah ayat-ayat dan petuah-petuah, aku ga mau bahas yang kaya gitu, terlalu berat. Aku cuma mau bilang, kebohongan kecil akan melahirkan kebohongan lainnya. Ga usah jelekin orang agar kita terlihat baik, Sejelek-jeleknya orang pasti punya sisi baik, vice versa. Gibah emang asik, julid juga tapi kontrolah yaa, ceritain kejelekkan orang dengan tujuan agak yg diceritain itu merasa si subjek itu jelek itu ga baik.Jadi kalo kalian diceritain, boleh lah dengerin beberapa versi, jangan telen bulet-bulet. Nanti kalian jauhin orang itu yang sebenernya kalian smama sekali ga pernah ada masalah sama dia, kan berabe tuh.



Udalah yaaa, ini ngaco banget tulisannya, bahasannya kemana-mana. Niat nulis buyar ambyar karena ada anak kost karaoke di bawah, suaranya sumbang, lagunya demi nyai pula


Bhay


-basmatika-

150819

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susahnya menjadi Aku

Hah? Seriously? Hidup ku lhoo lebih berat dari kamu. Aku lho punya lebih banyak tanggungan dari kamu. Mungkin gitu kali ya pikiran kalian saat liat judul blog ku kali ini. Ga salah sih, hidup emang berat, bahkan bagi seorang Nia Ramadhani yang ga bisa ngupas salak.  Ah kamu aja yang ga bisa bersyukur, ada pula yang mungkin berpikiran seperti itu. Gapapa, itu pikiran kalian, itu pendapat kalian dan aku ga bisa larang kalian mau ngomong apa dan berpendapat kaya apa tentang aku, salah ku sih yang dikit-dikit baper, fiyuuuu.... Kenapa susah jadi “Aku”? Karena seorang “aku” ini sering kali kena komplain. Aku kasi tau yaa, masuk di lingkungan baru ga pernah mudah, bahkan bagi seorang "AKU" yang konon termasuk gampang beradaptasi. Tapi ini beda mamens, kebiasaan lama kita belum tentu bisa diterima, begitupula kebiasaan di tempat baru, belum tentu bisa kita terima dengan baik. Sebut saja si A, komplain karena aku ga pernah dilihat ngobrol sama anak nya yang lebetulan lama ting

Kematian adalah Perayaan

 Saat aku bilang 34 tahun sudah lama, aku ga bercanda. Hidup selama 34 tahun rasanya sudah lebih dari cukup, untuk apa berlama-lama?  Katamu tanggung jawab itu memang berat, katamu aku belum mencoba semua hal, katamu aku belum terlalu berusaha. Tapi kataku sudah cukup, kataku aku lelah, kataku tidak ada lagi yang mau aku coba, kataku aku sudah siap. Tidak bolehkah merasa jenuh? Lemahkah kalau aku ingin berhenti? Berdosakah aku kalo aku merasa sedih? Terkadang aku merasa tidak punya sandaran, aku bingung harus cerita ke siapa. Aku takut, saat aku mengeluh bukan pelukan yang aku dapat, aku cemas saat aku bercerita bukan dukungan yang aku dapat. Aku sesalu overthingking akan setiap reaksimu, menebak-nebak kalimat-kalimat yang keluar dari mulut mu, apakan kata-kata pedas atau penghiburan. Aku merasa sendirian, kata pulang semakin terasa ambigu. Dulu pulang adalah ke rumah orang tua ku, skarang aku merasa sudah bukan bagian dari mereka lagi, tidak pula menjadi bagian utuh dari kalian.  Mung

Aku dimatamu (keluhan terselubung)

 Aku aneh Aku kekanakan Aku “ngrenyed” Aku cengeng Ntah apa lagi aku dimatamu. Sepertinya memang tidak pernah baik. Kalau aku menunjukkan rasa kesalku, atau saat aku bilang aku sedih karena sikapmu, kamu akan bilang aku “ngrenyed” (mungkin mirip dengan lebay kalau di-Indonesiakan), seperti hari ini. Kamu memang tidak bilang langsung, tapi ntah kenapa aku bisa mendengarnya, meski tidak ada suara, tp jelas terdengar saat kamu menatap ku. Saat itu aku berpikir, apa sebaiknya aku usah menunjukkan rasa kesal ku, ga boleh bilang kalau lagi marah, atau lagi sedih. Atau mungkin aku tidak boleh merasa kesal, marah dan sedih?  Reaksi ku tadi mungkin berlebihan menurutmu. Tapi aku tiba-tiba merasa kesal, marah dan berakhir sedih saat tau kamu pergi jalan-jalan jauh tanpa aku. Ya TANPA AKU Aku merasa tersingkirkan, ga dianggap. Ngasi tau bakal pergi aja ngga, sama siapa aja ngga, tau-tau di tag sm ponakan kalo kalian lagi jalan-jalan. Hal yang belum tentu setahun sekali aku alami. Rasa-rasanya sel